Menurut cerita, ada seorang nenek di desa Nan-an. Warga desa suka memanggilnya Nenek Huang karena si nenek tidak punya nama.
Dia Diusir oleh Ibunya Masih Kecil. Setelah Kaya Raya Dia Memalukan Ibunya. Hingga Dia Tersedar Lalu Bersujud Memanggil, “Ibu” Saat Seluar Wanita itu Dirabanya, Ini Yang Berlaku! |
Setiap pagi, nenek Huang selalu duduk melamun di bawah pohon besar gerbang desa, melihat orang-orang yang berlalu lalang, dan terkadang air matanya berlinang.
Saat muda, bisa dikata nenek Huang adalah seorang gadis desa yang cantik di desa Nan-an. Dia kemudian menikah dengan sosok seorang pria yang jujur, tapi malang, suaminya tewas dihantam batu saat mendaki gunung.
Dia meninggalkan nenek Huang dan sepasang putri kembarnya dan hidup menderita.
Anak laki-laki nenek Huang bernama Ah-Jun, konon katanya sudah kaya dan makmur di kota.
Setiap kali pulang ke kampung selalu diiringi beberapa mobil yang membuka jalan untuknya, benar-benar hebat dan berwibawa.
ARTIKEL MENARIK: (Video) Kakitangan Hotel Dibuang Kerja Selepas Minta Pelanggan Wanita Puaskan Nafsunya
loading...
Namun, nenek Huang tidak menikmati sedikit pun semua kemewahan ini, karena sepuluh tahun yang lalu, dia telah memberikan Ah-Jun sebagai anak angkat keluarga Zhao di desa, jadi anaknya bermarga Zhao mengikuti marga keluarga angkatnya!
Ah-Jun juga tahu, nenek Huang adalah ibu kandungnya. Tetapi selama puluhan tahun ini, dimana setiap lewat dari desa Nan-an, rasa bencinya semakin dalam begitu melihat nenek Huang.
Saat itu, usianya baru tiga tahun, ayahnya meninggal, lalu ibunya membawanya dan hidup bersama dengan kakak perempuannya.
Malam itu, ia masih ingat ibunya memeluk mereka berdua, dan dengan lembut berkata, “Kelak, kita bertiga tidak boleh berpisah lagi, bagaimana pun, ibu akan merawat dan membesarkan kalian!”
Saat itu, nenek Huang bekerja serabutan, agar bisa mendapatkan lebih banyak uang.
Dia juga mengambil alih pekerjaan laki-laki, dan sudah pasti banyak lepuh darah di badannya.
Saat itu, Ah-jun bersumpah, akan membahagiakan ibunya kelak setelah dewasa.
Namun, sumpah itu akhirnya lenyap dua bulan kemudian. Itu adalah malam yang diiringi dengan hujan lebat.
Dia mendengar suara ibunya yang tegas, “Ibu tidak mau kalian lagi, ibu akan memberikan kalian kepada orang lain! Karena ibu tidak suka dengan kalian!”
Masih hangat dalam ingatan Ah Jun, dia dan kakak perempuannya berlutut dan menangis hingga serak malam itu, namun sang ibu hanya menatap mereka dengan tajam, lalu menutup pintu!
Sejak saat itu, hati Ah-Jun pun merasa hancur dan mati seketika, untungnya suami-isteri keluarga Zhao sangat baik padanya, meski hidup susah, tapi akhirnya mereka merawat dan membesarkan Ah jun hingga dewasa.
Hari itu, Ah Jun kembali dari kota. Kali ini, dia sangat gembira, karena dia datang kali ini mau menjemput suami-isteri Zhao untuk tinggal di kota, dan mungkin untuk selanjutnya dia tidak akan pernah kembali lagi ke kampung halamannya.
Ketika melewati desa Nan-an, Ah jun melihat nenek Huang dan kakak perempuannya duduk di bawah pohon.
Tiba-tiba dia mendapat ide, dia hentikan mobinya dan sengaja membawa keluar suami-isteri Zhao, kemudian Ah Jun berlutut dan berkata, “Ayah-ibu, selama puluhan tahun ini telah menyusahkan ayah-ibu yang telah membesarkan Ah Jun, mulai sekarang, ayah-ibu tinggallah bersamaku di kota untuk menikmati masa bahagia kalian. Sekarang tiba saatnya bagi Ah Jun yang tidak berbakti ini merawat kalian!”
Suami-isteri Zhao agak malu mendengarnya, mereka mendongak kepala dan melihat ke nenek Huang yang duduk di bawah pohon besar dan berkata, “Ah Jun, jangan, begitu, nenek Huang itu juga ibumu, mengapa kamu sengaja bersikap begitu kepadanya?”
Ah Jun menggelengkan kepalanya, kemudian meoleh ke bawah pohon besar itu dan berteriak dari kejauhan.
“Kak, ayo kita pergi, pergilah bersamaku ke kota untuk menikmati hidup nyaman, untuk apa sih kamu menjaga wanita tua tak tahu diri ini? Apa kamu lupa bagaimana ia mengusir kita puluhan tahun silam itu!”
Dan dari kejauhan, nenek Huang terlihat mendorong kakak perempuan Ah Jun.
Sesaat kemudian, kakak Ah Jun tiba-tiba berjalan ke arah Ah Jun yang menyunggingkan senyum kemenangan, dan membuka pintu mobil untuk kakaknya.
Tiba-tiba tangan sang kakak melayang ke muka Ah Jun dan “plak” terdengar suara tamparan yang cukup keras.
Ah Jun merasa mukanya berdesir panas seketika ditampar kakaknya. Dan belum sempat Ah Jun buka suara, sang kakak langsung menimpalinya.
“Betapa bencinya kamu sama wanita tua itu? Kamu jangan lupa, dia telah merawatmu tiga tahun!”
Ah Jun tdak terima diperlakukan seperti itu oleh kakaknya, ”Memangnya kenapa, tiga tahun kemudian dia mencampakkan aku! Memberikan kepada orang lain!”
Kakak Ah Jun tiba-tiba menarik Ah Jun berjalan ke depan, dan berhenti di depan nenek Huang.
Sang kakak mengangkat celana nenek Huang, tapi tidak terlihat kakinya.
“Apa menurutmu ibu benar-benar mau mencampakkanmu? Puluhan tahun yang lalu, demi kita berdua, ibu banting tulang melakukan pekerjaan kasar laki-laki! Jika bukan karena kakinya patah, apa ibu akan meninggalkan kita? Apa kamu tahu kompensasi untuk kakinya yang patah, semuanya itu ibu berikan kepada orangtua angkat kita, agar kita bisa makan dengan baik!”
Ah Jun terhenyak dan pikirannya hampa, diam seribu bahasa, dia mendengarkan dengan serius cerita kakaknya.
“Kamu kira ibu mau berjalan dengan susah payah ke gerbang desa dan duduk di bawah pohon itu hanya untuk bersantai? Sepasang kakinya telah patah! Dia hanya tidak mau melewatkan kesempatan dengan duduk disini agar bisa memandangmu setiap kali lewat di gerbang desa ini meski dari kejauhan. Semasa kecil, ibu selalu cemas setiap kali melihat kamu terjatuh saat bermain di luar, terkadang kamu malah memarahi ibu tidak berguna saat terjatuh, tapi kamu tidak tahu, dia…orang yang meninggalkanmu itu sudah tak pernah bisa berdiri lagi selamanya!” Cerita kakak Ah Jun dengan mata berlinang
Ah Jun langsung jatuh berlutut di atas tanah, meraba-raba celana nenek Huang yang kosong tak berkaki, dan suaranya bergema seketika saat memanggil “IBU”.
Post a Comment