Sebuah kisah yang sangat menyentuh tentang seorang kanak kanak yang masih berusia 8 tahun telah menjadi perbincangan hangat di laman media sosial.
Sedih... Budak Genius 3 Kali Berjaya Lari Penjara Kerana Terlalu Rindukan Ibu, Tetapi Akhirnya.... |
ARTIKEL MENARIK:
1. Adik Ipar Puaka..Setahun Tumpang Rumah Aku & Husband, Rupa-Rupanya Dia !!
2. Abang Ngah Pukul Sepak Tumbuk Kakak. Tak Cukup Dengan Tu Dia Tuduh Kakak.....
Dalam cerita yang di kongsi dia menceritakan seorang kanak kanak yang membunuh pembunuh ayahnya yang berjaya 3 kali lari dari salah satu penjara paling di geruni di negeri itu kerana rindukan ibunya.
Bagai manakah kisahnya,berikut kisah arif tahanan budak jenius penjara kepala lapas.
“Terus terang, meski sudah beberapa kali mengadakan penelitian Kriminal di LP, pengalaman kali ini adalah pengalaman pertama saya bertemu langsung dengan seseorang yang didakwa kasus pembunuhan berencana.
Dengan jantung dag dig dug, pikiran saya melayang-layang mengira-ngira gambaran orang yang akan saya temui. Sudah terbayang muka keji Hanibal Lecter, juga penjahat-penjahat berjenggut palsu ala sinetron, dan gambaran-gambaran pembunuh berdarah dingin lain yang sering saya temui di cerita TV.
Well, akhirnya setelah menunggu sekian lama berharap-harap cemas, salah satu sipir membawa seorang anak kehadapan saya.Yup, benar seorang anak berumur 8 tahun. Tingginya tidak lebih dari pinggang orang dewasa dengan wajah yang diliputi senyum malu-malu. Matanya teduh dengan gerak-gerik yang sopan.
Saya pun membaca berkas kes yang diserahkan oleh sipir itu. Sebelum masuk penjara ternyata ia adalah juara kelas di sekolahnya, juara menggambar, pandai bermain suling, juara mengaji dan azan di tingkat anak-anak.
Kemampuan berhitungnya juga cukup bagus. Bahkan dari balik sekolah di dalam penjara pun nilai sekolahnya tercatat kedua terbesar tingkat provinsi. Lantas kenapa ia sampai membunuh? Dengan rencana pula?
Kes ini terjadi ketika Arif sebut saja nama anak ini begitu, belum genap berusia tujuh tahun.Ayahnya yang berniaga di sebuah pasar di daerah bekasi indonesia, dibunuh oleh ketua samseng yang menguasai daerah itu. puncanya karena si ayah enggan membayar uang ‘keamanan’ yang begitu tinggi.
Berita ini rupanya sampai di telinga Arif. Malam esok harinya setelah ayahnya dikebumikan ia mendatangi tempat samseng tersebut. dengan membawa pisau dapur ia menantang orang yang membunuh ayahnya.
“Siapa yang bunuh ayah saya!” teriaknya kepada orang yang ada di tempat itu.
“saya?” ujar ketua yang membunuh ayahnya sambil disambut gelak tawa di belakangnya.
Tanpa banyak cakap anak kecil itu sambil melompat menghunuskan pisau ke perut lelaki yang membunuh ayahnya. Dan tepat mengenai ulu hatinya, lelaki berbadan besar itu jatuh tersungkur ke tanah.
Arif pun langsung lari pulang ke rumah setelahnya. Akhirnya selesai sholat subuh esok paginya ia di bawa kebalai polisi.
“Arif ni selalu buat petugas penjara Lapas susah!” ujar kepala lapas yang ikut menemani saya mewawancarai arif sambil tersenyum. Ternyata sejak di penjara dua tahun lalu. Anak ini sudah tiga kali melarikan diri dari selnya. Dan caranya pun menurut saya tergolong ajaib.
Pelarian pertama dilakukannya dengan cara yang tak terpikirkan siapapun. Setiap pagi sampah-sampah dari Lapas itu di jemput oleh lorsampah. Sadar akan hal ini, diam-diam Arif menyelinap ke dalam salah satu kantung sampah. Hasilnya 1-0 untuk Arif. Ia berhasil keluar dari penjara.
Pelarian kedua lebih kreatif lagi. Anak yang suka baca ini pernah membaca artikel tentang fermentasi makanan tape (ingat waktu wawancara usianya baru 8 tahun). Dari situ ia mendapat tahu bahwa tape mengandung udara panas yang bersifat destruktif terhadap benda keras.
Kebetulan pula di Lapas anak ini disediakan tape uli dua kali dalam seminggu. Setiap disediakan tape, arif selalu berpuasa karena jatah tape itu dibalurkannya ke dinding tembok sel tahanannya. Hasilnya setelah empat bulan, tembok penjara itu menjadi lunak seperti tanah liat. Satu buah lubang berhasil dibuatnya. 2-0 untuk arif. Ia keluar penjara ke dua kalinya.
Pelarian ke tiganya dilakukan ala Mission Imposible. Arif yang ditugasi membersihkan kamar mandi melihat ember sebagai sebuah solusi. Besi yang berfungsi sebagai pegangan ba;di itu di simpan di dalam kamarnya.
Tahu bahwa dirinya sudah diawasi sangat ketat, Arif memilih tempat persembunyian paling aman sebelum memutuskan untuk kabur.
Ruang kepala penjara Lapas menjadi pilihannya. Alasannya jelas, karena tidak pernah satu pun penjaga berani memeriksa ruang ini. Ketika tengah malam ia menyelinap keluar dengan menggunakan besi pegangan baldi untuk membuka pintu dan gembok. Jangan Tanya saya bagaimana caranya, pokoknya tahu-tahu ia sudah di luar. 3-0 untuk Arif.
Lantas kenapa ia bisa tertangkap lagi? Rupanya kepintaran itu masih berada di sebuah kepala budak ini.Pelarian-pelariannya didorong dari rasa rindu terhadap ibunya. Anak ini keluar dari penjara hanya untuk ke rumah sang ibunda tercinta. Jadi dari penjara Lapas tanggerang ia menumpang-numpang kenderaanl Omprengan dan juga berjalan kaki sekian kilometer dengan satu tujuan, pulang!
Karena itu pula pada pelarian Arif yang ketiga, kepala Lapas yang juga seorang ibu ini meminta anak buahnya untuk tidak segera menjemput Arif. Hasilnya dua hari kemudian Arif kembali lagi ke lapas sambil membawa surat untuk kepala Lapas yang ditulisnya sendiri.
* Ibu kepala Arif minta maaf, tapi Arif kangen sama ibu Arif. * Tulisnya singkat.
Seorang anak cerdik yang harus terkurung dipenjara. Tapi, saya tidak lantas berpikir bahwa ia tidak benar-benar bersalah dan harus dibebaskan. Bagaimanapun juga ia telah menghilangkan nyawa seseorang.
Tapi saya hanya berandai-andai jika saja, kebijakan bertindak cepat menangkap pembunuh si ayah (secepat polisi menangkap si Arif) pastinya saat ini anak pintar dan rajin itu tidak akan berada di tempat seperti ini.Dan kreativitasnya yang tinggi itu bisa berguna untuk hal yang lain.
Sayangnya si Arif itu cuma anak peniaga sayur miskin sementara si samseng yang dibunuhnya selalu setia memberi uang kepada pihak berwajib setempat. Itulah yang namanya keadilan di negeri kami indonesia” .
Post a Comment